Jenis Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya (Lisan
dan Tulisan) dan Jumlah Penutur (Monolog, Dialog dan Polilog)
oleh: Minhatus Sa'aadah
A.
Jenis Wacana Berdasarkan Media
Penyampaiannya.
1.
Wacana
Lisan
Jauh sebelum manusia mengenal huruf,
bahasa telah digunakan oleh manusia. Manusia memakai bahasa lisan dalam
berkomunikasi. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia
karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.
Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar manusia masih berada
dalam budaya lisan. Karena sering
digunakan, bahasa lisan memiliki ciri – ciri yang berlainan dengan bahasa tulis
.Salah satunya yang menonjol adalah sering terjadi penghilangan bagian – bagian
tertentu, yang dapat menghilangkan pengertian wacana, jika salah satu
partisipanya ( pembicara dan pendengar ) belum terbiasa seperti pada contoh
berikut :
wati : “Nunung, ke mana?”
Nunung : “Biasa”.
Pada wacana diatas wati dapat
mengetahui bahwa nunung akan pergi, misalnya kewarung untuk makan roti panggang,
karena pada saat seperti ini kebiasaan nunung makan roti panggang diwarung x .
Bagi orang lain yang belum mengenal kebiasaan nunung, wacana diatas tidak dapat
dimengerti. Ia tidak dapat menarik kesimpulan yang tepat .Pertama, karena ia
mengetahui bahwa tidak ada lokasi yang bernama “Biasa” tidak mengacu kepada suatu tempat yang pasti dan kedua, ia
belum mengenal kebiasaan atau memiliki “Pengetahuan yang telah diketahui
bersama “ ( Common ground ) dengan nunung.
Dengan uraian diatas dapat dibuat ciri – ciri wacana lisan
sebagai berikut :
a. Wacana lisan memerlukan daya simak
yang tinggi agar interaksi tidak terputus
b. Wacana lisan sulit diulang, dalam
arti mengulang hal yang sama dengan ujaran pertama
c. Wacana lisan dapat dilengkapi dengan
gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud
d. Wacana lisan menyatukan partisipanya
dalam satu situasi dan konteks yang sama.
e. Wacana lisan biasanya lebih pendek
dari pada wacana tulis
f. Wacana lisan juga melibatkan unsure
kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama (common ground) ,yang
ada pada satu keluarga atau kelompok dan
g. Wacana lisan sering melibatkan
partisipanya secara langsung.
2.
Wacana
Tulisan
Wacana tulis mulai dikenal setelah
ditemukan huruf, Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga
biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi. Huruf – huruf itu
dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
orang lain yang tinggal berjauhan. Meskipun banyak wacana tulis yang panjang, ada
juga wacana tulis yang pendek, wacana seperti ini banyak dijumpai di iklan, di
stasiun kereta api, di swalayan, dan dijalan .
Contoh:
a. Pintu keluar
b. Semua kopi hitam sama,soal rasa ayam
merak
c. Awas! tegangan tinggi !
d. Kocok dulu sebelum diminum
Wacana
tulis yang pendek, seperti diatas sangat mirip dengan wacana lisan,seperti
penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan saat dan tempat yang
sama bagi penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk – bentuk informal.
Dari
uraian diatas dapat dibuat ciri –ciri sebagai berikut :
a. Wacana tulis biasanya panjang dan
menggunakan bentuk bahasa yang baku
b. Wacana tulis dapat dilihat kembali
tanpa ada perbedaan unit – unit kebahasanya
c. Wacana tulis biasanya mempunyai
unsur kebahasan yang lengkap ( Tidak ada penghilangan bagian – bagianya).
B.
Jenis Wacana Berdasarkan Jumlah
Penutur
1.
Wacana
Monolog
Adalah wacana yang disampaikan oleh
seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara
langsung. Umumnya, wacana monolog tidak
menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar atau
pembacanya. Wacana monolog bersifat searah dan termasuk komunikasi tidak
interaktif (noninteractive
communication). Wacana monolog terjadi seperti pada orasi ilmiah, khotbah,
dan penyampaian visi dan misi. Pada
kenyataannya, dalam suatu orasi, ceramah, atau pidato tertentu, penutur secara
improvisasi kadang-kadang justru mencoba berinteraksi dengan pendengarnya. Cara
yang dipakai, misalnya dengan melontarkan pertanyaan, “Bagaimakah sikap kita
untuk andil dalam pembangunan pendidikan bangsa ini?”. Dalam konteks seperti
ini, wacana monolog berubah menjadi wacana semi-monolog.
Contoh :
(1) Siapa bilang remaja Indonesia cengeng? (2) banyak yang berprestasi di forum Internasional,
walaupun minim fasilitas. (3) Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir kita
membawa pulang puluhan medali dalam berbagai olimpiade dunia. (4) ada
matematika, fisika, biologi, kimia, juga astronomi, komputer.
1) Kalimat nomor 2 merupakan jawaban
terhadap pertanyaan kalimat nomor
1 yang menyanggah bahwa remaja Indonesia
tidak cengkeng.
2) kalimat nomor 3 merupakan pembuktian
dari kalimat nomor 2.
3) kalimat ke 4 merupakan contoh-contoh
yang menguatkan kalimat nomor 2 dan 3.
2.
Wacana
Dialog
Adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua orang secara langsung. Wacana dialog bersifat dua arah, dan
masing-masing partisipan secara aktif ikut berperan didalam komunikasi,
sehingga disebut komunikasi interaktif (interactive communication). Wacana
dialog terjadi seperti pada peristiwa diskusi, musyawarah, pembicaraan telepon,
Tanya jawab, dan teks drama.
Perhatikan
contoh wacana dialog berikut ini.
SUNSLIK GINGSENG
C
: Betulkan ?
W : Iya
C
: Aku paling sebel deh kalau cowokku naksir cewek yang lain.
W : Cowokku dulu juga gitu. Dia itu
suka melirik cewek yang rambutnya panjang. Padahal dulu aku takut manjangin
rambut. Takut patah-patah dan rontok. Sunslik gingseng membuat rambut semakin
kuat tumbuh sepanjang yang kamu suka.
C
: Sekarang rambut kamu sudah panjang ?
W : Ya
C
: Berarti cowok kamu sudah tidak lirik-lirik lagi dong ?
W : Cowokku si ndak, cowok-cowok
yang lain pada lirik aku
Wacana
tersebut merupakan wacana dialog antara dua orang gadis. Mereka sedang
berdialog mengenai rambut. Setelah menggunakan sunslik gingseng rambut menjadi
kuat dan tidak rontok.
3.
Wacana
Polilog
Adalah pembicaraan atau percakapan
yang melibatkan partisipan pembicaraan lebih dari dua orang penutur. Partisipan
yang terlibat dalam pembicaraan semuanya berperan aktif dan langsung dalam
komunikasi. Wacana polilog terjadi seperti pada peristiwa musyawarah, diskusi,
atau debat, dan teks drama.
Perhatikan contoh wacana polilog yang dikutip dari teks
drama berjudul Orkes Madun I karya
Arifin C Noer berikut ini.
Konteks : kehadiran Waska disambut gembira oleh komunitasnya.
Waska dijadikan tempat mengadu bagi Tarkeni
yang sedang berselisih dengan Madekur, suaminya.
WASKA : Peran Waska akan tampil memberi ruh pada jasadku
yang lunglai kecapean yang kosong yang gosong yang bagai kepompong.
KOOR : Uuuuuuuuuuu
WASKA : Langit hanya berisi angin hari itu dan
warna hitam Tumpah diseanteronya dimana – mana dan aku Waska sedang minum air
kelapa.
TARKENI
: Lalu aku Tarkeni datang menangis bersujud di kaki Waska mengadukan ihwal
duka.
WASKA : Ada apa anakku? Kenapa menangis seperti itu?
TARKENI : Sakit kepalaku sampai ke kalbu lantaran
dipukul suamiku.
WASKA : Madekur!!!!!
MADEKUR
: Madekur luka hatinya disobek – sobek cemburu oleh cemburu buta.
WASKA : Yak karena tidak matang
jiwanya.
(Orkes Madun I : 663-664)
Wacana
tersebut merupakan wacana polilog, yakni percakapan atau pembicaraan yang
melibatkan lebih dari dua orang (tokoh) sebagai partisipan pembicaraan. Tokoh
Tarkeni mengadukan nasibnya kepada tokoh Waska, karena ia dipukul oleh Madekur,
suaminya, yang sedangkan dibakar rasa cemburu. Kemudian Waska mencoba
mendamaikan Tarkeni dan Mardekur sebagai pasangan suami istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar