PRANGGAPAN,IMPLIKATUR, DAN
DIEKSIS
Oleh : Minhatus
Sa’aadah
Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to
pre-suppose, yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga
sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia
sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang
dibicarakan.
Nababan (1987:46), memberikan pengertian praanggapan
sebagai dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa
(menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan)
mempunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan sebaliknya,
membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk
mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud.
Dari beberapa definisi praanggapan di atas dapat
disimpulkan bahwa praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur
sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh
mitra tutur.
Ciri peranggapan :
Ciri praanggapan yang mendasar adalah sifat keajegan di bawah penyangkalan (Yule, 2006:45). Hal ini memiliki maksud bahwa praanggapan (presuposisi) suatu pernyataan akan tetap ajeg (tetap benar) walaupun kalimat itu dijadikan kalimat negatif atau dinegasikan.
Jenis- jenis peranggapan :
1. Presuposisi Esistensial
2. Presuposisi Faktif
3. Presuposisi Leksikal
4. Presuposisi Non-faktif
5. Presuposisi Struktural
6. Presuposisi konterfaktual
Implikatur adalah ungkapan secara tidak langsung yakni makna
ungkapan tidak tercermin dalam kosa kata secara literal (Ihsan, 2011:93)
Menurut Grice (dikutif Rani, Arifin dan Martutik, 2004:171), dalam pemakaian
bahasa terdapat implikatur yang disebut implikatur konvensional, yaitu
implikatur yang ditentukan oleh ‘arti konvensional kata-kata yang dipakai’.
Contoh implikatur :
:- Minumnya sudah tersedia, Pak!
Pada contoh (16) tersebut, Anda tentu akan mengatakan
bahwa orang yang mengucapkan kalimat itu sedang memberitahukan bahwa minuman
telah telah selesai dihidangkan. Yang menjadi persoalan kita bukan apakah orang
itu telah selesai atau belum selesai menghidangkan minuman tetapi apa maksud
ucapan itu sebenarnya? Nah sekarang minumannya sudah tersedia maka silahkan
diminum
Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “menunjukkan atau menunjuk”.
Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang
menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang
disebut dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi
perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat di pahami
dengan tegas.
Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat
dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat “Saya mencintai dia”, informasi dari
kata ganti “saya” dan “dia” hanya dapat di telusuri dari konteks
ujaranPraanggapan
Deiksis dapat di bagi menjadi lima kategori, :
1. deiksis orang
(persona)
Deiksis orang berkenaan dengan penggunaan kata ganti
persona, seperti saya (kata ganti persona pertama), kamu (kata ganti persona
kedua). Contoh Bolehkah saya datang kerumahmu? Kata saya dan -mu dapat dipahami
acuannya hanya apabila diketahui siapa yang mengucapkan kalimat itu, dan kepada
siapa ujaran itu ditujukan.
2. waktu (time)
berkenaan dengan penggunaan keterangan waktu, seperti
kemarin, hari ini, dan besok. Contoh, Bukankah besok hari libur? Kata besok
memiliki rujukan yang jelas hanya apabila diketahui kapan kalimat itu
diucapkan.
3. tempat (place)
berkenaan dengan penggunaan keterangan tempat, seperti di
sini, di sana, dan di depan. Contoh duduklah di sini!. Kata di sini memiliki
acuan yang jelas hanya apabila diketahui dimana kalimat itu diujarkan
4. wacana (discourse)
5. dan sosial (social) (Levinson, 1983).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar