Sabtu, 13 Juni 2015

Wacana BI_ANALISIS WACANA MENURUT PARA AHLI



ANALISIS WACANA MENURUT PARA AHLI
Oleh: Minhatus Sa’aadah

A.    Hakikat Analisis Wacana menurut Para Ahli
v  Analisis wacana merupakan telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Menghindari subjektifitas dan bias dari peneliti, maka diacu pula pendapat dari Stubs dan Cook. Stubs mengatakan, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa secara alamiah tersebut berarti penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Selanjutnya, Stubs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajian penggunaan dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar-penutur. Senada dengan pendapat Stubs, Cook menyatakan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana merupakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi (Badara, 2012: 18).
v  Suwandi (2008:145) mengemukakan bahwa analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi.
v  Analisis wacana juga berkaitan dengan kajian interdisipliner, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, dan filsafat bahasa (Oka dan Suparno, 1994:263).
v  Para ahli psikolinguistik menganalisis wacana dari segi pemahaman ujaran, cara memproduksi dan menggunakan bahasa, dan pemerolehan bahasa. Para ahli filsafat bahasa mengkaji wacana dari segi semantik wacana dan unsur wacana dalam kaitannya dengan konstruksi ujaran dalam pasangan-pasangan.Analisis wacana meletakkan titik berat pada fungsi bahasa sebagai alat interaksi antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan pendengar (Wahab, 1998:69).
v  Analisis wacana juga dipandang sebagai studi tentang struktur pesan dalam komunikasi (Sobur, 2002:48).


B.     Analisis wacana memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Bentuk kajian tentang pembahasan wacana.
2.      Bersifat alamiah baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
3.      Bersifat interpretatif-pragmatis baik bahasanya maupun maksudnya.
4.      Inferensif, yaitu mempunyai simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya.
5.      Wujud bahasa yang lebih jelas, karena didukung oleh situasi yang tepat.
6.      Upaya untuk menangkap makna dari penyapa (addressor) kepada pesapa (addressee)
7.      Upaya untuk mengetahui konstelasi kekuatan dalam proses produksi dan reproduksi makna. (Darwoto, 2014)
.
C.    Pandangan tentang Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan istilah umum yang banyak dipakai dari berbagai disiplin ilmu dan dengan berbagai paradigma/pandangan.Ada tiga pandangan mengenai bahasa, yakni sebagai berikut. :
1.      Pandangan pertama, diwakili oleh kaum positivisme-empiris/strukturalis menyatakan bahwa bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
2.      Pandangan kedua, yang diwakili oleh kaum konstruktivisme/ fungsionalis. Aliran ini dipengaruhi oleh fenomenologi yang menolak pandangan positivism-empiris tentang subjek dan objek bahasa dipisahkan.
3.      Pandangan kritis, pandangan ini mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Analisis wacana dalam pandangan ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

D.    Strategi dalam Analisis Wacana
Dalam pokok bahasan ini, Jorgensen dan Phillips (2007: 267-270) menyajikan empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana dengan berbagai pendekatan :
*      Pembandingan
Yakni membandingkan dengan teks-teks lain secara teoritis didasarkan pada sudut pandangan strukturalis.

*      Subtitusi
Yakni bentuk pembandingan analis menciptakan teks sebagai pembandingnya.Dalam strategi ini kita bergerak kea rah berlawanan dengan menyisipkan beberapa kata yang dipilih ke dalam teks, kita mendapatkan kesan bagaimana kata-kata itu mengubah makna teks dan dengan demikian kita memperoleh kesan bagaimana kata-kata yang benar dipilih itu menciptakan makna-makna tertentu dalam teks bersangkutan.

*      Membesar-besarkan sesuatu yang terperinci
Kita bisa membesar-besarkan sesuatu yang terperinci tersebut dan kemudian menanyakan kondisi-kondisi apa yang diperlukan agar ciri tersebut masuk akal dan tentang interpretasi apa yang sekiranya secara keseluruhan cocok dengan ciri tersebut.

*      Vokalitas ganda
Menggambarkan logika kewacanaan atau suara-suara yang berbeda dalam teks.Strategi ini didasarkan pada premis analisis wacana tentang antartekstualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar